Pada Selasa 26 Agustus 2014 aku berkunjung ke
Museum Daerah Subang yang berlokasi di gedung Wisma Karya. Gedung tua yang
merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda ini terletak di daerah pusat kota
dan merupakan salah satu ikon Kota Subang. Sudah lama aku berencana untuk
berkunjung ke tempat ini namun hal itu baru dapat terlaksana sekarang. Museum
ini mengantarkanku menelusuri sekelumit sejarah Kabupaten Subang. Mulai dari
masa prasejarah yang termasuk di dalamnya zaman es yang mewariskan
aneka fosil hewan dari mulai rusa purba hingga kerang laut dan fosil
kayu. Ada fragmen fosil gajah purba atau Stegodon, kerbau purba, dan rusa yang
juga berasal dari era Pleistocen. Permukaan laut yang membeku kala itu membuat
dataran Benua Asia, Sumatera, dan Jawa menyatu sehingga memudahkan migrasi
hewan-hewan dari Asia menuju Pulau Jawa, khususnya Subang. Fosil hewan laut pun
ada di sini, yaitu kerang. Hal ini dapat dimengerti karena kala itu Kabupaten
Subang bagian utara adalah laut. Setelah
itu perjalanan kulanjutkan hingga memasuki kebudayaan manusia purba yang
ditandai oleh adanya peninggalan
berupa peralatan dari batu dan logam. Kapak batu, kapak lonjong, dan kapak sepatu
yang ditemukan di berbagai tempat di Kabupaten Subang dapat dilihat di sini. Tidak
ketinggalan berbagai artefak dari masa perundagian dimana manusia mulai
mengenal aneka keterampilan seperti pengolahan logam. Peninggalan dari zaman
ini diantara lain adalah bejana perunggu besar seperti yang kemudian kupotret
sebagai kenang-kenangan.
Kemudian ketika memasuki masa sejarah khususnya masa Hindu-Buddha
aku menemukan patung Nandi yang kemudian juga kuabadikan dalam bentuk foto.
menurut mitologi
Hindu Nandi yang berbentuk lembu adalah tunggangan atau kendaraan
Dewa Siwa. Selain itu ada pula barang-barang dari keramik yang menunjukkan
adanya hubungan antara Subang dengan bangsa Cina khususnya Dinasti Yuan dan
Ming.
Berlanjut ke zaman yang lebih modern yaitu pada masa kolonial
Belanda aku berfoto bersama patung perunggu P. W. Hoffland yang pernah berkuasa
di Subang
pada awal abad ke-20. Ada pula senjata-senjata kuno seperti pistol
yang digunakan oleh VOC, samurai penjajah Jepang, dan juga keris serta kujang
milik
para demang yang pernah mengepalai daerah-daerah di Subang tempo
dulu. Tidak hanya itu, peralatan makan serta mata uang zaman penjajahan pun
dapat kita
lihat di museum ini. Bahkan gedung tempat museum ini pun adalah
saksi bisu yang sangat penting akan perjalanan Kota Subang dari masa ke masa.
Dari pemerintahan
yang satu ke pemerintahan lainnya. Namun kini bentuk bangunannya
sudah tidak asli lagi. Bangunan yang didirikan pada tahun 1929 ini sudah tidak
lagi menyerupai
bentuk aslinya karena adanya tambahan-tambahan di berbagai bagian.
Benda-benda yang kuceritakan di atas adalah peninggalan masa silam
yang tidak ternilai harganya karena dari benda-benda itulah kita dapat
merekonstruksi kehidupan yang terdapat di
bumi sebelum kita lahir. Darinya banyak hikmah yang dapat dipelajari
untuk peningkatan kualitas kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang.
Namun
yang sangat kusesalkan adalah banyaknya orang yang tidak mengerti
dan tidak pula menghargai sejarah. Padahal tanpa masa lalu tidak mungkin kita
dapat meraih
kemajuan seperti sekarang ini. Tidak ada masa kini tanpa masa lalu.
Aku juga sangat prihatin karena banyak sekali benda yang sejatinya
merupakan petunjuk tentang
masa lalu kita dan juga umat manusia di dunia terancam hilang oleh
keterbatasan pemahaman beberapa orang. Itulah sedikit oleh-oleh dariku dari
Museum Daerah Subang
yang menempati gedung yang dahulu bernama Societeit ini. Mari kita
jaga kelestarian warisan sejarah kita karena artefak-artefak tersebut adalah
identitas budaya yang semestinya menjadi kebanggaan kita semua. Demikian
pengalamanku mengunjungi Museum Daerah Kabupaten Subang. See you in my next
holiday :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar